Pages

18 Januari 2013

PERIODE DAKWAH PARA WALI

Periode Dakwah Wali

Kehidupan Lima masa atau periode Wali, yang di profilkan perorangan secara singkat sebagai berikut:

Periode Pertama para Wali

Sunan Maulana Malik Ibrahim
Kenegaraan Turki
Spesialisasi Tata Negara
Meninggal di Gresik-Jawa Timur, 1419 M

Sunan Malik Isroil
Kenegaraan Turki
Spesialisasi Tata Negara
Meninggal di Gn Santhi-Cilegon, Banten, 1435 M

Sunan Maulana Muhammad Ali Akbar
Kenegaraan Persia (Iran)
Spesialisasi Medis
Meninggal di Gn Santhi-Cilegon, Banten, 1435 M

Sunan Maulana Hasanuddin
Kenegaraan Palestina
Spesialisasi unknown
Meninggal di Masjid Banten Lama, 1462 M

Sunan Maulana Aliyuddin
Kenegaraan palestina
Spesialisasi unknown
Meninggal di Masjid Banten Lama, 1462 M

Sunan Syekh Subakir
Kenegaraan Iran
Spesialisasi unknown
Meninggal di Iran-Persia, 1462 M

Sunan Maulana Muhammad Jumadil Kubro
Kenegaraan Mesir
Spesialisasi unknown
Meninggal di Triloyo-Trowulan Mojokerto, Jawa Timur

Sunan Maulana Muhammad al Maghrobi
Kenegaraan Marakash (Maroko)
Spesialisasi unknown
Meninggal di Jatinom-Klaten, Jawa Tengah, 1465 M

Sunan Maulana Ishak
Kenegaraan Samarkan (Bukhara, Rusia Selatan)
Spesialisasi Medis
Meninggal di Pasai-Aceh

Periode Kedua para Wali

Sunan (Raden) Ahmad Ali Rhamatullah a.k.a Sunan Ampel
Kenegaraan Indonesia-Jeumpa, Aceh
Spesialisasi unknown
Meninggal di Surabaya, Jawa Timur

Sunan Sayyid Ja'far Shodiq a.k.a Sunan Kudus
Kenegaraan Palestina
Spesialisasi unknown
Meninggal di Kudus, Jawa Tengah

Sunan Syarif Hidayatullah a.k.a Sunan Gunung Jati
Kenegaraan Palestina
Spesialisasi unknown
Meninggal di Cirebon, Jawa Barat

Periode Ketiga para Wali

Sunan Syekh Maulana Ainul Yakin a.k.a Sunan Raden Paku a.k.a Sunan Giri
Kenegaraan Indonesia, Putra Syekh Maulana Ishak
Spesialisasi unknown
Meninggal Gresik-Jawa Timur

Sunan (Raden) Said a.k.a Sunan Kalijaga
Kenegaraan Indonesia, Putra Adipati Tuban Jawa Timur
Spesialisasi unknown
Meninggal unknown

Sunan (Raden) makdum Ibrahim a.k.a Sunan Bonang
Kenegaraan Indonesia, Surabaya, Putra Sunan Ampel
Spesialisasi unknown
Meninggal unknown

Sunan (Raden) Qosim a.k.a Sunan Drajat
Kenegaraan Indonesia, Surabaya, Putra Sunan Ampel
Spesialisasi unknown
Meninggal unknown

Periode Keempat para Wali

Sunan (Raden) Hasan a.k.a Sunan (Raden) Patah a.k.a Sultan Demak
Kenegaraan Indonesia, Putra Raja Brawijaya Majapahit
Spesialisasi Tata Negara
Meninggal unknown

Sunan Fathullah Khan
Kenegaraan Indonesia, Putra Sunan Gunung Jati
Spesialisasi unknown
Meninggal unknown

Periode Kelima para Wali

Sunan (Raden) Umar Said a.k.a Sunan Muria
Kenegaraan Indonesia, Putra Sunan Kalijaga
Spesialisasi unknown
Meninggal unknown

Sunan Syekh Lemah Abang a.k.a Syekh Siti jenar**
Kenegaraan non-Indonesia
Spesialisasi unknown
Meninggal unknown

Sunan Bayat
Kenegaraan Indonesia
Spesialisasi unknown
Meninggal unknown

**Khusus untuk Syekh Lemah Abang, banyak versi yang menyatakan kehidupan beliau.

Namun satu hal yang pasti, banyak diantara para wali tersebut yang memiliki gelar Raden.
yang kedua adalah bagaimana mereka bisa berkomunikasi, sedangkan mereka adalah berbeda-beda suku, ras, dan kewarganegaraannya?

Demikian dituliskan ulang dengan maksud untuk menghargai apa yang telah diupayakan oleh para Wali Songo tersebut.




1 vote
Diposkan oleh Mistikus Cinta Comments | Trackback Link ke posting ini

Label: Dakwah, Periode Wali

Minggu, 2008 April 27
Cahaya Dzikrullah

Dzikir dan seluruh amal shalih sangat erat kaitannya dengan ketenangan bathin. Dan ketenangan bathin itu sangat erat hubungannya dengan kebahagiaan hidup. Seorang salafushalih yang tinggal sendirian di tengah padang pasir pernah ditanya, “Apakah engkau tidak merasa terancam? Ia mengatakan, “Apakah ada orang yang merasa terancam dan khawatir bersama Allah?� jawabnya. Tak jauh maknanya dengan apa yang diungkapkan oleh Muslim bin Yasar, yang mengatakan, “Tak ada kenikmatan yang melebihi kenikmatan sendiri menghadap Allah dalam sepi (berkhalwat).�

Rumah orang yang melakukan dzikrullah akan bercahaya bak bintang. Seperti disebutkan dalam sebuah hadits, Abu Hurairah menyampaikan sabda Rasulullah bahwa Allah akan menerangi rumah orang yang berdzikir hingga rumah itu akan terllihat oleh penduduk langit. “Sesungguhnya penghuni langit melihat rumah-rumah ahli dzikir yang diterangi oleh dzikir mereka. Sinar itu bercahaya seperti bintang bagi penduduk bumi,� ucap Rasulullah saw. Tepatlah jawaban imam Hasan al Bashri saat ditanya seorang pemuda, “Kenapa orang yang gemar melakukan shalat tahajjud wajahnya enak dipandang?� Ia mengatakan, “Bagaimana tidak, mereka telah berkhalwat dengan yang Maha Pengasih kemudian Allah pasti memberikan cahaya-Nya pada orang tersebut.�

Saudaraku, mari bersama-sama memperbenyak amal shalih.

Lihatlah betapa ketenangan yang dirasakan oleh Abu Bakar bin Ayash, salah seorang tokoh Tabiâ€(tm)in. Ketika menjelang maut, ia berkata pada anaknya, “Apakah engkau mengira Allah akan menyia-nyiakan ayahmu yang selama empat puluh tahun sudah mengkhatamkan Al Qur`an hampir setiap malam?â€� Sementara itu, Adam bin Iyas, tokoh Tabiâ€(tm)in yang lain, ketika akan meninggal mengatakan, “Dengan cintaku kepada-Mu, Engkau pasti menemaniku pada saat ketakutan.â€� Ia mengucapkan, “Laaa ilaaha illa Llah…â€� kemudian menghembuskan nafasnya yang terakhir….

Diambil dari - eramuslim -

Unrated
Diposkan oleh Mistikus Cinta Comments | Trackback Link ke posting ini

Label: Dakwah

Minggu, 2007 September 02
Semboyan Dakwah Walisongo


"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik."(QS. Ali Imron : 110),


Kurang lebih lima ratus tahun yang lalu walisongo berdakwah dan berkeliling kehampir seluruh pulau jawa, maka dalam masa yang relatif singkat, yang hampir penduduknya beragama Hindu dan Budha, maka berubah menjadi kerajaan Islam Demak. Para Walisoongo mempunyai semboyan yang terekam hingga saat ini adalah :

1. Ngluruk Tanpo Wadyo Bolo / Tanpo pasukan
Berdakwah dan berkeliling kedaerah lain tanpa membawa pasukan.

2. Mabur Tanpo Lar/Terbang tanpa Sayap
Pergi kedaerah nan jauh walaupun tanpa sebab yang nampak.

3. Mletik Tanpo Sutang/Meloncat Tanpa Kaki
Pergi kedaerah yang sulit dijangkau seperti gunung-gunung juga tanpa sebab yang kelihatan.

4. Senjoto Kalimosodo
Kemana-mana hanya membawa kebesaran Allah SWT. (Kalimosodo : Kalimat Shahadat)

5. Digdoyo Tanpo Aji
Walaupun dimarahi, diusir, dicaci maki bahkan dilukai fisik dan mentalnya namun mereka seakan-akan orang yang tidak mempan diterjang bermacam-macam senjata.

6. Perang Tanpo tanding
Dalam memerangi nafsunya sendiri dan mengajak orang lain supaya memerangi nafsunya. Tidak pernah berdebat, bertengkar atau tidak ada yang menandingi cara kerja dan hasil kerja daripada mereka ini.

1. Menang Tanpo Ngesorake/Merendahkan
Mereka ini walaupun dengan orang yang senang, membenci, mencibir, dan lain-lain akan tetap mengajak dan akhirnya yang diajak bisa mengikuti usaha agama dan tidak merendahkan, mengkritik dan membanding-bandingkan, mencela orang lain bahkan tetap melihat kebaikannya.

2. Mulyo Tanpo Punggowo
Dimulyakan, disambut, dihargai, diberi hadiah, diperhatikan, walaupun mereka sebelumnya bukan orang alim ulama, bukan pejabat, bukan sarjana ahli tetapi da'I yang menjadikan dakwah maksud dan tujuan.

3. Sugih Tanpo Bondo
Mereka akan merasa kaya dalam hatinya. Keinginan bisa kesampaian terutama keinginan menghidupkan sunnah Nabi, bisa terbang kesana kemari dan keliling dunia melebihi orang terkaya didunia.

Semboyan seperti diatas sudah banyak dilupakan umat islam masa kini. Pesan Walisongo diantaranya pesan Sunan kalijogo diantaranya adalah :

1. Yen kali ilang kedunge
2. Yen pasar ilang kumandange
3. Yen wong wadon ilang wirange
4. Enggal-enggal topo lelono njajah deso milangkori ojo bali sakdurunge patang sasi, enthuk wisik soko Hyang Widi, maksudnya adalah : Apabila sungai sudah kering, pasar hilang gaungnya, wanita hilang rasa malunya, maka cepatlah berkelana dari desa ke desa jangan kembali sebelum empat bulan untuk mendapatkan ilham (ilmu hikmah) dari Allah SWT.
Para Walisongo berdakwah dengan mempunyai sifat-sifat diantaranya :

1. Mempunyai sifat Mahabbah atau kasih sayang
2. Menghindari pujian karena segala pujian hanya milik Allah SWT
3. Selalu risau dan sedih apabila melihat kemaksiatan
4. Semangat berkorban harta dan jiwa
5. Selau memperbaiki diri
6. Mencari ridho Allah SWT
7. Selalu istighfar setelah melakukan kebaikan
8. Sabar menjalani kesulitan
9. Memupukkan semua kejagaan hanya kepada Allah SWT
10. Tidak putus asa dalam menghadapi ketidak berhasilan usaha
11. Istiqomah seperti unta
12. Tawadhu seperti bumi
13. Tegar seperti gunung
14. Pandangan luas dan tinggi menyeluruh seperti langit.
15. berputar terus seperti matahari sehingga memberi kepada semua makhluk tanpa minta bayaran.

Para Walisongo adalah penerus dakwah Nabi Muhammad SAW, sebagai penerus atau penyambung perjuangan, mereka rela meninggalkan keluarga, kampung halaman dan apa-apa yang menjadi bagian dari hidupnya. Para Walisongo rela bersusah payah seperti itu karena menginginkan ridho Allah SWT. Diturunkannya agama adalah agar manusia mendapat kejayaan didunia dan akherat. Segala kebahagiaan, kejayaan, ketenangan, keamanan, kedamainan dan lain-lainnya akan terwujud apabila manusia taat pada Allah SWT dan mengikuti sunnah baginda Nabi Muhammad SAW secara keseluruhan atau secara seratus persen. Sebagaimana dikatakan dalam Al-Qur'an bahwa ummat Nabi Muhammad SAW diutus kepermukaan bumi adalah khusus mempunyai tanggung jawab penting. Misi pentingnya adalah untuk mengajak manusia dipermukaan bumi ini ke jalan Allah SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar