Peran Orang Tua Terhadap Anak
Akhir-akhir ini umat Islam, khususnya anak-anak hingga remaja lebih cenderung diarahkan orang tua mereka untuk mengikuti persaingan atau lomba bernyanyi dari pada diajari mengaji Al-Qur’an. Bahkan acara tersebut melibatkan peran orang tua untuk menemani anaknya bernyanyi saat tampil di televisi. Ironisnya, seringkali dijumpai, sang ibu tampil dengan berbusana muslimah, namun sang anak menggunakan pakaian terbuka. Bagaimana fenomena umat Islam semacam ini ? Bagaimanakah seharusnya peran orang tua dalam membimbing dan memberikan pendidikan untuk menjalani kehidupan masa depan.
Menjadi Orang Tua Yang Amanah
Sebagai orang tua, tentunya memiliki peran dan tanggung jawab yang besar terhadap anaknya. Bahkan seorang anak memiliki hak yang harus dipenuhi oleh orang tua -nya. Orang tua berkewajiban memberikan fasilitas kehidupan yang layak kepada anaknya sesuai dengan kemampuannya, mulai dari sandang, pangan, papan, pendidikan dan sebagainya.
Selain itu, sebagai seorang muslim, orang tua juga memiliki kewajiban untuk mendidik tentang ajaran Islam terhadap anaknya. Anak adalah amanat yang harus dijaga dan ditanamkan kepadanya nilai-nilai tauhid dan akhlak yang baik, dengan tujuan agar menjadi hamba Allah yang taat dan patuh terhadap-Nya. Jika ajaran-ajaran Islam ini tidak diperoleh anak di masa hidupnya di dunia, maka kelak di kehidupan akherat, anaklah yang akan menjadi penuntut pertama dan menjadi penyebab terhalangnya orang tua masuk surga.
Kosekwensi yang harus ditanggung orangtua sangat berat, karena ia harus bertanggungjawab penuh terhadap hak-hak anaknya. Bila hak-hak itu dikerjakan dengan benar maka ia akan menjadi orang yang selamat di dunia dan akherat, namun sebaliknya bila tidak benar dalam memenuhi hak-haknya itu maka ia bisa celaka di hari pertanggungjawaban nanti.
Sungguh mengherankan kondisi sebagian umat Islam saat ini. Fakta yang terjadi, membuktikan kecenderungan mereka tidak lagi memperdulikan ajaran-ajaran agamanya. Mereka seringkali merasa lebih senang terhadap apa-apa yang datangnya tidak jelas dari mana sumbernya dan lebih akrab dengan budaya dari luar dari pada budaya Islam sendiri.
Sebagai contoh, telah menjadi pemandangan yang dianggap biasa, bahwa terkadang demi kepentingan tampil di televisi, orang tua tidak begitu perduli dangan pakaian anak perempuannya yang terbuka. Bahkan yang memprihatinkan, para orang tua justru memberi jalan agar anak-anaknya dapat tampil di televisi, walaupun harus membiarkan anak perempuannya membuka bagian-bagian tubuhnya.
Ada beberapa hal yang menyebabkan orang tua begitu kuat memberikan dukungan terhadap anaknya untuk bisa muncul di televisi, dan tidak peduli terhadap anjuran dan larangan Islam.
Pertama, karena keinginan yang besar untuk bisa tampil di televisi. Di sini orangtua hingga rela melakukan apa saja (bahkan menyalahi ajaran Islam) demi mensukseskan anaknya agar bisa tampil dan menjadi juara atau artis.
Kedua, busana muslim bagi mereka hanyalah sebagai trend, bukan sebagai kesadaran yang wajib untuk dilakukan. Sehingga tidak mengherankan jika saat keduanya tampil di televisi, pemandangan yang sangat kontras terlihat, sang ibu menggunakan busana muslimah, sedang sang anak justru tampil berani dengan pakaian terbuka dan mini.
Ketiga, orang tua menganggap bahwa keberhasilan seorang anak adalah di saat mereka menjadi terkenal di televisi. Sehingga tidak sedikit dari para orang tua merasa lebih bangga jika anaknya mampu tampil di televisi untuk bernyanyi daripada hanya sekedar bisa membaca atau menghafal al-Quran.
Oleh karena itu, pada dasarnya jika lebih diteliti kembali, sebenarnya penyebab dari semua hal yang telah disebutkan diatas adalah karena rendahnya pengetahuan umat Islam terhadap ajaran agama dan minimnya pengetahuan terhadap tokoh-tokoh yang ada di dalamnya. Akibatnya mereka tidak lagi mengidolakan figur-figur yang Muslim. Anak-anak umat Islam sekarang justru cenderung mengelu-elukan orang-orang yang sikap dan perilakunya jauh dari Islam. Bahkan tidak jarang dari anak-anak kita mengidolakan seseorang yang jelas-jelas bukan dari kalangan Muslimin. Sehingga akhlak merekalah yang akan melekat kepada anak-anak kita. Sebab seseorang pasti cenderung akan meniru sikap dan perilakunya orang yang diidolakan.
Maka yang sebenarnya harus dilakukan orang tua adalah mengutamakan pendidikan bagi anaknya, karena inilah yang terpenting. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW bersabda,
مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدَهُ اَفْضَلُ مِنْ اَدَبٍ حَسَنٍ
“Tidak ada pemberian orang tua kepada anaknya yang lebih baik dari pada pendidikan yang baik”
Hal yang paling utama dan pertama yang harus diterima oleh anak dari orang tuanya adalah pendidikan yang baik, utamanya pendidikan tentang agama. Dengan demikian anak akan terbimbing menjadi manusia yang berakhlak dan bermoral, dan akan mampu menjalani kehidupan ini sesuai dengan ajaran Islam.
Sebaliknya, jika orang tua lebih mengutamakan keahlian-keahlian lain selain pengetahuan agama. Semisal bagaimana mendidik anak agar bisa bernyanyi sehingga dapat tampil di televisi. Bagaimana caranya agar bisa memperoleh harta dan menjadi orang populer. Maka jelas hal ini akan membentuk anak memiliki akhlak yang tidak baik.
Rasulullah SAW telah memperintahkan kepada kita dalam hadits,
اَدِّبوُااَوْلاَ دَكُمْ عَلىَ ثَلاَثِ خِصاَلٍ حُبِّ نَبِيِّكُمْ وَاَهْلِ بَيْتِهِ وَقِرَائَةِ اْلقُرْاَنِ
“Ajarilah anak-anakmu tiga perkara: cinta kepada nabi kalian, cinta kepada keluarga nabinya, dan membaca Al-Quran”
Ternyata ketiga hal diatas sudah mulai dilupakan para orang tua. Kecintaan kepada Nabinya hanya sebatas pengakuan kata-kata saja, sebagian anak-anak atau bahkan orang tuanya, tidak lagi mengenal siapa sosok sebenarnya Nabi Muhammad SAW. Bagaimana sejarah para keluarga Nabi ? Ketauladanannya yang seharusnya dijadikan barometer bagi umat ini dalam berkehidupan sosial dan berumah-tangga mereka lupakan. Al-Quran pun tidak lagi dijadikan sebagai bacaan sehari-hari, apalagi menghafalnya dan mengamalkan apa yang ada di dalamnya.
Maka inilah yang menjadi sumber pokok dan penyebab sebagian anak-anak kita lebih mudah untuk diajak atau dipengaruhi oleh budaya-budaya yang jauh dari pada ajaran-ajaran Islam, karena kurangnya peran orang tua untuk mendidik anak-anaknya agar cinta dalam ketiga hal di atas.