Jerusalem – PIP: Setelah diakhiri sensor militer pada media dan ditarik tirai suasana perang, mulai bermunculan kritik luas atas kegagalan telak yang dialami pasukan zionis Israel, yang berasal dari para pemimpin terkemuka di entitas Zionis.
Anggota parlemen Knesset Zionis, Aryeh Eldad, mengatakan, "Pengumuman gencatan senjata berarti bahwa Israel mengibarkan bendera putih dan menjadi sasaran terorisme." Dia menambahkan, " Netanyahu telah meminta militer untuk meninggalkan perang, yang tidak lain adalah budak, seperti anjing paranoid.”
Sementar aitu anggota Knesset, Michael Ben Ari, telah meminta PM Israel benyamin Netanyahu untuk mengundurkan diri di tengah kegagalannya mengelola agresi baru ke Jalur Gaza. Dia menuduh Netanyahu telah "menyeret Israel ke dalam kegagalan."
Ketua oposisi Zionis yang juga ketua Partai Kadima, Shaul Mofaz, mengatakan, "Hamas telah menang di babak ini dan Israel adalah yang paling rugi." Dia menambahkan, "Alih-alih mengizinkan tentara Israel bekerja untuk menghancurkan Hamas, pemerintah Netanyahu justru keluar dari invasi ini sambil menyeret ekor secara memalukan, tanpa merealisasikan satu tujuanpun dari operasi militer yang dilancarkan ke Jalur Gaza. Dia meminta Netanyahu harus mengundurkan diri.
Sementara itu semalam, demonstran turun jalan di Ashdod dan Sderot. Mereka meminta Netanyahu untuk mengundurkan diri dan menilai apa yang terjadi adalah kegagalan telak pemerintah Zionis. (asw)
23 November 2012
21 November 2012
seputar puasa sunnah 9-10 Muharrom
Belajar Adab Adab Sunnah Rasulullah saw
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,:
“Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah (puasa) di bulan Allah (bulan) Muharram, dan shalat yang paling utama setelah shalat wajib (lima waktu) adalah shalat malam.“[HR.Muslim]
oleh sebab itu marilah kita mengerjakanya, karena sungguh sangat besar fadhilahnya...
“Puasa ini(10 muharam) menggugurkan (dosa-dosa) di tahun yang lalu“[HR.Muslim]
dan akan lebih utama jika kita mengerjakan puasa dari tanggal 9 muharam.
“Kalau aku(Rasulullah)masih hidup tahun depan, maka sungguh aku akan berpuasa pada tanggal 9 Muharram (bersama 10 Muharram).” [HR.Muslim]
Semoga kita bisa sama-sama mengerjakanya...
20 November 2012
komentar dari grup facebook Forum aspirasi pemuda giligenting
Bismillah....
Mengomentari tulisan kawan2 di Grup facebook Forum aspirasi pemuda giligenting Tentang penambangan pasir dan abrasi pantai itu sudah Classic, saya sudah menyuarakan hal tersebut dari thn 2008 melalui Blog saya ini dan juga saya sempat bicara langsung dengan para penduduk yang tinggal di tepi pantai, namun karena hanya suara maka tdk efektif, yg efektif adalah harus bekerja sama dengan semua masyrakat untuk melakukan PENYADARAN secara bersama2, kerja ini tidak akan bisa kalau di kerjakan secara sendirian namun harus secara Kolektif, dan juga butuh dukungan dari Para aparat desa setempat,
Kita ini hanya bisa protes, yang kerja di lapangan adalah yg ada di kampung, mereka yang tau apa yang sebenarnya terjadi,
Saya sudah sempat bicara dengan warga pengangkut pasir tersebut, ternyata 1hal yang menjadi Alasan kuat penambangan Pasir pantai yaitu UANG atau urusan PERUT, itu karena faktor kurangnya lahan pekerjaan yang memadai dan yang bisa menopang ekonomi penduduk kampung,
Kira2 adakah solusinya...?? agar penambangan pasir yang di lakukan secara besar2an dan yang sengaja di JUAL bisa di alihkan kepada bahan pasir yang lain....???
Mengomentari tulisan kawan2 di Grup facebook Forum aspirasi pemuda giligenting Tentang penambangan pasir dan abrasi pantai itu sudah Classic, saya sudah menyuarakan hal tersebut dari thn 2008 melalui Blog saya ini dan juga saya sempat bicara langsung dengan para penduduk yang tinggal di tepi pantai, namun karena hanya suara maka tdk efektif, yg efektif adalah harus bekerja sama dengan semua masyrakat untuk melakukan PENYADARAN secara bersama2, kerja ini tidak akan bisa kalau di kerjakan secara sendirian namun harus secara Kolektif, dan juga butuh dukungan dari Para aparat desa setempat,
Kita ini hanya bisa protes, yang kerja di lapangan adalah yg ada di kampung, mereka yang tau apa yang sebenarnya terjadi,
Saya sudah sempat bicara dengan warga pengangkut pasir tersebut, ternyata 1hal yang menjadi Alasan kuat penambangan Pasir pantai yaitu UANG atau urusan PERUT, itu karena faktor kurangnya lahan pekerjaan yang memadai dan yang bisa menopang ekonomi penduduk kampung,
Kira2 adakah solusinya...?? agar penambangan pasir yang di lakukan secara besar2an dan yang sengaja di JUAL bisa di alihkan kepada bahan pasir yang lain....???
17 November 2012
sekedar berbagi Artikel Islami
Peran Orang Tua Terhadap Anak
Akhir-akhir ini umat Islam, khususnya anak-anak hingga remaja lebih cenderung diarahkan orang tua mereka untuk mengikuti persaingan atau lomba bernyanyi dari pada diajari mengaji Al-Qur’an. Bahkan acara tersebut melibatkan peran orang tua untuk menemani anaknya bernyanyi saat tampil di televisi. Ironisnya, seringkali dijumpai, sang ibu tampil dengan berbusana muslimah, namun sang anak menggunakan pakaian terbuka. Bagaimana fenomena umat Islam semacam ini ? Bagaimanakah seharusnya peran orang tua dalam membimbing dan memberikan pendidikan untuk menjalani kehidupan masa depan.
Menjadi Orang Tua Yang Amanah
Sebagai orang tua, tentunya memiliki peran dan tanggung jawab yang besar terhadap anaknya. Bahkan seorang anak memiliki hak yang harus dipenuhi oleh orang tua -nya. Orang tua berkewajiban memberikan fasilitas kehidupan yang layak kepada anaknya sesuai dengan kemampuannya, mulai dari sandang, pangan, papan, pendidikan dan sebagainya.
Selain itu, sebagai seorang muslim, orang tua juga memiliki kewajiban untuk mendidik tentang ajaran Islam terhadap anaknya. Anak adalah amanat yang harus dijaga dan ditanamkan kepadanya nilai-nilai tauhid dan akhlak yang baik, dengan tujuan agar menjadi hamba Allah yang taat dan patuh terhadap-Nya. Jika ajaran-ajaran Islam ini tidak diperoleh anak di masa hidupnya di dunia, maka kelak di kehidupan akherat, anaklah yang akan menjadi penuntut pertama dan menjadi penyebab terhalangnya orang tua masuk surga.
Kosekwensi yang harus ditanggung orangtua sangat berat, karena ia harus bertanggungjawab penuh terhadap hak-hak anaknya. Bila hak-hak itu dikerjakan dengan benar maka ia akan menjadi orang yang selamat di dunia dan akherat, namun sebaliknya bila tidak benar dalam memenuhi hak-haknya itu maka ia bisa celaka di hari pertanggungjawaban nanti.
Sungguh mengherankan kondisi sebagian umat Islam saat ini. Fakta yang terjadi, membuktikan kecenderungan mereka tidak lagi memperdulikan ajaran-ajaran agamanya. Mereka seringkali merasa lebih senang terhadap apa-apa yang datangnya tidak jelas dari mana sumbernya dan lebih akrab dengan budaya dari luar dari pada budaya Islam sendiri.
Sebagai contoh, telah menjadi pemandangan yang dianggap biasa, bahwa terkadang demi kepentingan tampil di televisi, orang tua tidak begitu perduli dangan pakaian anak perempuannya yang terbuka. Bahkan yang memprihatinkan, para orang tua justru memberi jalan agar anak-anaknya dapat tampil di televisi, walaupun harus membiarkan anak perempuannya membuka bagian-bagian tubuhnya.
Ada beberapa hal yang menyebabkan orang tua begitu kuat memberikan dukungan terhadap anaknya untuk bisa muncul di televisi, dan tidak peduli terhadap anjuran dan larangan Islam.
Pertama, karena keinginan yang besar untuk bisa tampil di televisi. Di sini orangtua hingga rela melakukan apa saja (bahkan menyalahi ajaran Islam) demi mensukseskan anaknya agar bisa tampil dan menjadi juara atau artis.
Kedua, busana muslim bagi mereka hanyalah sebagai trend, bukan sebagai kesadaran yang wajib untuk dilakukan. Sehingga tidak mengherankan jika saat keduanya tampil di televisi, pemandangan yang sangat kontras terlihat, sang ibu menggunakan busana muslimah, sedang sang anak justru tampil berani dengan pakaian terbuka dan mini.
Ketiga, orang tua menganggap bahwa keberhasilan seorang anak adalah di saat mereka menjadi terkenal di televisi. Sehingga tidak sedikit dari para orang tua merasa lebih bangga jika anaknya mampu tampil di televisi untuk bernyanyi daripada hanya sekedar bisa membaca atau menghafal al-Quran.
Oleh karena itu, pada dasarnya jika lebih diteliti kembali, sebenarnya penyebab dari semua hal yang telah disebutkan diatas adalah karena rendahnya pengetahuan umat Islam terhadap ajaran agama dan minimnya pengetahuan terhadap tokoh-tokoh yang ada di dalamnya. Akibatnya mereka tidak lagi mengidolakan figur-figur yang Muslim. Anak-anak umat Islam sekarang justru cenderung mengelu-elukan orang-orang yang sikap dan perilakunya jauh dari Islam. Bahkan tidak jarang dari anak-anak kita mengidolakan seseorang yang jelas-jelas bukan dari kalangan Muslimin. Sehingga akhlak merekalah yang akan melekat kepada anak-anak kita. Sebab seseorang pasti cenderung akan meniru sikap dan perilakunya orang yang diidolakan.
Maka yang sebenarnya harus dilakukan orang tua adalah mengutamakan pendidikan bagi anaknya, karena inilah yang terpenting. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW bersabda,
مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدَهُ اَفْضَلُ مِنْ اَدَبٍ حَسَنٍ
“Tidak ada pemberian orang tua kepada anaknya yang lebih baik dari pada pendidikan yang baik”
Hal yang paling utama dan pertama yang harus diterima oleh anak dari orang tuanya adalah pendidikan yang baik, utamanya pendidikan tentang agama. Dengan demikian anak akan terbimbing menjadi manusia yang berakhlak dan bermoral, dan akan mampu menjalani kehidupan ini sesuai dengan ajaran Islam.
Sebaliknya, jika orang tua lebih mengutamakan keahlian-keahlian lain selain pengetahuan agama. Semisal bagaimana mendidik anak agar bisa bernyanyi sehingga dapat tampil di televisi. Bagaimana caranya agar bisa memperoleh harta dan menjadi orang populer. Maka jelas hal ini akan membentuk anak memiliki akhlak yang tidak baik.
Rasulullah SAW telah memperintahkan kepada kita dalam hadits,
اَدِّبوُااَوْلاَ دَكُمْ عَلىَ ثَلاَثِ خِصاَلٍ حُبِّ نَبِيِّكُمْ وَاَهْلِ بَيْتِهِ وَقِرَائَةِ اْلقُرْاَنِ
“Ajarilah anak-anakmu tiga perkara: cinta kepada nabi kalian, cinta kepada keluarga nabinya, dan membaca Al-Quran”
Ternyata ketiga hal diatas sudah mulai dilupakan para orang tua. Kecintaan kepada Nabinya hanya sebatas pengakuan kata-kata saja, sebagian anak-anak atau bahkan orang tuanya, tidak lagi mengenal siapa sosok sebenarnya Nabi Muhammad SAW. Bagaimana sejarah para keluarga Nabi ? Ketauladanannya yang seharusnya dijadikan barometer bagi umat ini dalam berkehidupan sosial dan berumah-tangga mereka lupakan. Al-Quran pun tidak lagi dijadikan sebagai bacaan sehari-hari, apalagi menghafalnya dan mengamalkan apa yang ada di dalamnya.
Maka inilah yang menjadi sumber pokok dan penyebab sebagian anak-anak kita lebih mudah untuk diajak atau dipengaruhi oleh budaya-budaya yang jauh dari pada ajaran-ajaran Islam, karena kurangnya peran orang tua untuk mendidik anak-anaknya agar cinta dalam ketiga hal di atas.
Akhir-akhir ini umat Islam, khususnya anak-anak hingga remaja lebih cenderung diarahkan orang tua mereka untuk mengikuti persaingan atau lomba bernyanyi dari pada diajari mengaji Al-Qur’an. Bahkan acara tersebut melibatkan peran orang tua untuk menemani anaknya bernyanyi saat tampil di televisi. Ironisnya, seringkali dijumpai, sang ibu tampil dengan berbusana muslimah, namun sang anak menggunakan pakaian terbuka. Bagaimana fenomena umat Islam semacam ini ? Bagaimanakah seharusnya peran orang tua dalam membimbing dan memberikan pendidikan untuk menjalani kehidupan masa depan.
Menjadi Orang Tua Yang Amanah
Sebagai orang tua, tentunya memiliki peran dan tanggung jawab yang besar terhadap anaknya. Bahkan seorang anak memiliki hak yang harus dipenuhi oleh orang tua -nya. Orang tua berkewajiban memberikan fasilitas kehidupan yang layak kepada anaknya sesuai dengan kemampuannya, mulai dari sandang, pangan, papan, pendidikan dan sebagainya.
Selain itu, sebagai seorang muslim, orang tua juga memiliki kewajiban untuk mendidik tentang ajaran Islam terhadap anaknya. Anak adalah amanat yang harus dijaga dan ditanamkan kepadanya nilai-nilai tauhid dan akhlak yang baik, dengan tujuan agar menjadi hamba Allah yang taat dan patuh terhadap-Nya. Jika ajaran-ajaran Islam ini tidak diperoleh anak di masa hidupnya di dunia, maka kelak di kehidupan akherat, anaklah yang akan menjadi penuntut pertama dan menjadi penyebab terhalangnya orang tua masuk surga.
Kosekwensi yang harus ditanggung orangtua sangat berat, karena ia harus bertanggungjawab penuh terhadap hak-hak anaknya. Bila hak-hak itu dikerjakan dengan benar maka ia akan menjadi orang yang selamat di dunia dan akherat, namun sebaliknya bila tidak benar dalam memenuhi hak-haknya itu maka ia bisa celaka di hari pertanggungjawaban nanti.
Sungguh mengherankan kondisi sebagian umat Islam saat ini. Fakta yang terjadi, membuktikan kecenderungan mereka tidak lagi memperdulikan ajaran-ajaran agamanya. Mereka seringkali merasa lebih senang terhadap apa-apa yang datangnya tidak jelas dari mana sumbernya dan lebih akrab dengan budaya dari luar dari pada budaya Islam sendiri.
Sebagai contoh, telah menjadi pemandangan yang dianggap biasa, bahwa terkadang demi kepentingan tampil di televisi, orang tua tidak begitu perduli dangan pakaian anak perempuannya yang terbuka. Bahkan yang memprihatinkan, para orang tua justru memberi jalan agar anak-anaknya dapat tampil di televisi, walaupun harus membiarkan anak perempuannya membuka bagian-bagian tubuhnya.
Ada beberapa hal yang menyebabkan orang tua begitu kuat memberikan dukungan terhadap anaknya untuk bisa muncul di televisi, dan tidak peduli terhadap anjuran dan larangan Islam.
Pertama, karena keinginan yang besar untuk bisa tampil di televisi. Di sini orangtua hingga rela melakukan apa saja (bahkan menyalahi ajaran Islam) demi mensukseskan anaknya agar bisa tampil dan menjadi juara atau artis.
Kedua, busana muslim bagi mereka hanyalah sebagai trend, bukan sebagai kesadaran yang wajib untuk dilakukan. Sehingga tidak mengherankan jika saat keduanya tampil di televisi, pemandangan yang sangat kontras terlihat, sang ibu menggunakan busana muslimah, sedang sang anak justru tampil berani dengan pakaian terbuka dan mini.
Ketiga, orang tua menganggap bahwa keberhasilan seorang anak adalah di saat mereka menjadi terkenal di televisi. Sehingga tidak sedikit dari para orang tua merasa lebih bangga jika anaknya mampu tampil di televisi untuk bernyanyi daripada hanya sekedar bisa membaca atau menghafal al-Quran.
Oleh karena itu, pada dasarnya jika lebih diteliti kembali, sebenarnya penyebab dari semua hal yang telah disebutkan diatas adalah karena rendahnya pengetahuan umat Islam terhadap ajaran agama dan minimnya pengetahuan terhadap tokoh-tokoh yang ada di dalamnya. Akibatnya mereka tidak lagi mengidolakan figur-figur yang Muslim. Anak-anak umat Islam sekarang justru cenderung mengelu-elukan orang-orang yang sikap dan perilakunya jauh dari Islam. Bahkan tidak jarang dari anak-anak kita mengidolakan seseorang yang jelas-jelas bukan dari kalangan Muslimin. Sehingga akhlak merekalah yang akan melekat kepada anak-anak kita. Sebab seseorang pasti cenderung akan meniru sikap dan perilakunya orang yang diidolakan.
Maka yang sebenarnya harus dilakukan orang tua adalah mengutamakan pendidikan bagi anaknya, karena inilah yang terpenting. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW bersabda,
مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدَهُ اَفْضَلُ مِنْ اَدَبٍ حَسَنٍ
“Tidak ada pemberian orang tua kepada anaknya yang lebih baik dari pada pendidikan yang baik”
Hal yang paling utama dan pertama yang harus diterima oleh anak dari orang tuanya adalah pendidikan yang baik, utamanya pendidikan tentang agama. Dengan demikian anak akan terbimbing menjadi manusia yang berakhlak dan bermoral, dan akan mampu menjalani kehidupan ini sesuai dengan ajaran Islam.
Sebaliknya, jika orang tua lebih mengutamakan keahlian-keahlian lain selain pengetahuan agama. Semisal bagaimana mendidik anak agar bisa bernyanyi sehingga dapat tampil di televisi. Bagaimana caranya agar bisa memperoleh harta dan menjadi orang populer. Maka jelas hal ini akan membentuk anak memiliki akhlak yang tidak baik.
Rasulullah SAW telah memperintahkan kepada kita dalam hadits,
اَدِّبوُااَوْلاَ دَكُمْ عَلىَ ثَلاَثِ خِصاَلٍ حُبِّ نَبِيِّكُمْ وَاَهْلِ بَيْتِهِ وَقِرَائَةِ اْلقُرْاَنِ
“Ajarilah anak-anakmu tiga perkara: cinta kepada nabi kalian, cinta kepada keluarga nabinya, dan membaca Al-Quran”
Ternyata ketiga hal diatas sudah mulai dilupakan para orang tua. Kecintaan kepada Nabinya hanya sebatas pengakuan kata-kata saja, sebagian anak-anak atau bahkan orang tuanya, tidak lagi mengenal siapa sosok sebenarnya Nabi Muhammad SAW. Bagaimana sejarah para keluarga Nabi ? Ketauladanannya yang seharusnya dijadikan barometer bagi umat ini dalam berkehidupan sosial dan berumah-tangga mereka lupakan. Al-Quran pun tidak lagi dijadikan sebagai bacaan sehari-hari, apalagi menghafalnya dan mengamalkan apa yang ada di dalamnya.
Maka inilah yang menjadi sumber pokok dan penyebab sebagian anak-anak kita lebih mudah untuk diajak atau dipengaruhi oleh budaya-budaya yang jauh dari pada ajaran-ajaran Islam, karena kurangnya peran orang tua untuk mendidik anak-anaknya agar cinta dalam ketiga hal di atas.
26 Oktober 2012
MENGENANG MASA MASA JAYA SANDIWARA RADIO TUTUR TINULAR
Tutur Tinular berkisah tentang seorang pemuda Desa Kurawan bernama Arya Kamandanu, putra Mpu Hanggareksa, seorang ahli pembuat senjata kepercayaan Prabu Kertanagara, raja Kerajaan Singhasari. Pemuda lugu ini kemudian saling jatuh hati dengan seorang gadis kembang desa Manguntur bernama Nari Ratih, putri Rakriyan Wuruh, seorang bekas kepala prajurit Kerajaan Singasari. Namun hubungan asmara di antara mereka harus kandas karena ulah kakak kandung Kamandanu sendiri yang bernama Arya Dwipangga.
Kepandaian dan kepiawaian Dwipangga dalam olah sastra membuat Nari Ratih terlena dan mulai melupakan Kamandanu yang polos. Cinta segitiga itu akhirnya berujung pada peristiwa di Candi Walandit, di mana mereka berdua (Arya Dwipangga dan Nari Ratih) yang sedang diburu oleh api gelora asmara saling memadu kasih hingga gadis kembang desa Manguntur itu hamil di luar nikah.
Kegagalan asmara justru membuat Arya Kamandanu lebih serius mendalami ilmu bela diri di bawah bimbingan saudara seperguruan ayahnya yang bernama Mpu Ranubhaya. Berkat kesabaran sang paman dan bakat yang dimilikinya, Kamandanu akhirnya menjadi pendekar muda pilih tanding yang selalu menegakkan kebenaran dilandasi jiwa ksatria.
Kisah Tutur Tinular ini diselingi berbagai peristiwa sejarah, antara lain kedatangan utusan Kaisar Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di negeri Cina, yang meminta Kertanagara sebagai raja di Kerajaan Singhasari menyatakan tunduk dan mengakui kekuasaan bangsa Mongolia. Namun utusan dari Mongolia tersebut malah diusir dan dipermalukan oleh Kertanagara.
Sebelum para utusan kembali ke Mongolia, di sebuah kedai makan terjadilah keributan kecil antara utusan kaisar yang bernama Meng Chi dengan Mpu Ranubhaya, Mpu Ranubhaya berhasil mempermalukan para utusan dan mampu menunjukkan kemahirannya dalam membuat pedang, karena tersinggung dan ketertarikannya terhadap keahlian Mpu Ranubhaya tersebut, kemudian dengan cara yang curang para utusan tersebut berhasil menculik Mpu Ranubhaya dan membawanya turut serta berlayar ke Mongolia, sesampainya di negeri Mongolia di dalam istana Kubilai Khan, Mpu Ranubhaya menciptakan sebuah pedang pusaka bernama Nagapuspa sebagai syarat kebebasan atas dirinya yang telah menjadi tawanan. Namun pada akhirnya pedang Naga Puspa tersebut malah menjadi ajang konflik dan menjadi rebutan di antara pejabat kerajaan. Akhirnya untuk menyelamatkan pedang Naga Puspa dari tangan-tangan orang berwatak jahat, Mpu Ranubhaya mempercayakan Pedang Nagapuspa tersebut kepada pasangan pendekar suami-istri yang menolongnya, bernama Lo Shi Shan dan Mei Shin di mana keduanya kemudian menjadi pelarian, berlayar dan terdampar di Tanah Jawa dan hidup terlunta-lunta. Sesampainya di Tanah Jawa pasangan suami istri ini akhirnya bertemu dengan beberapa pendekar jahat anak buah seorang Patih Kerajaan Gelang-gelang bernama Kebo Mundarang yang ingin menguasai Pedang Naga Puspa hingga dalam suatu pertarungan antara Lo Shi Shan dengan Mpu Tong Bajil (pimpinan pendekar-pendekar jahat) Lo Shi Shan terkena Ajian Segoro Geni milik Mpu Tong Bajil, setelah kejadian pertarungan beberapa hari lamanya Pendekar Lo Shi Shan hidup dalam kesakitan hingga akhirnya meninggal di dunia disebuah hutan dalam Candi tua, sebelum meninggal dunia yang kala itu sempat di tolong oleh Arya Kamandanu, Lo Shi Shan menitipkan Mei Shin kepada Arya Kamanadu
Mei Shin yang sebatang kara kemudian ditolong Arya Kamandanu. Kebersamaan di antara mereka akhirnya menumbuhkan perasaan saling jatuh cinta. Namun lagi-lagi Arya Dwipangga merusak hubungan mereka, dengan cara licik Arya Dwipangga dapat menodai perempuan asal daratan Mongolia itu sampai akhirnya mengandung bayi perempuan yang nantinya diberi nama Ayu Wandira. Namun demikian, meski hatinya hancur, Kamandanu tetap berjiwa besar dan bersedia mengambil perempuan dari Mongolia itu sebagai istrinya.
Saat itu Kerajaan Singhasari telah runtuh akibat pemberontakan Prabu Jayakatwang, bawahan Singhasari yang memimpin Kerajaan Gelang-Gelang. Tokoh ini kemudian membangun kembali Kerajaan Kadiri yang dahulu kala pernah runtuh akibat serangan pendiri Singhasari. Dalam kesempatan itu, Arya Dwipangga yang menaruh dendam akhirnya mengkhianati keluarganya sendiri dengan melaporkan ayahnya selaku pengikut Kertanagara kepada pihak Kadiri dengan tuduhan telah melindungi Mei Shin yang waktu itu menjadi buronan. Mpu Hanggareksa pun tewas oleh serangan para prajurit Kadiri di bawah pimpinan Mpu Tong Bajil. Sebaliknya, Dwipangga si anak durhaka jatuh ke dalam jurang setelah dihajar Kamandanu. Kemudian Kamandanu kembali berpetualang untuk mencari Mei Shin yang lolos dari maut sambil mengasuh keponakannya, bernama Panji Ketawang, putra antara Arya Dwipangga dengan Nari Ratih.
Petualangan Kamandanu akhirnya membawa dirinya menjadi pengikut Raden Wijaya (Nararya Sanggrama Wijaya), menantu Kertanagara. Tokoh sejarah ini telah mendapat pengampunan dari Jayakatwang dan diizinkan membangun sebuah desa terpencil di hutan Tarik bernama Majapahit. Dalam petualangannya itu, Kamandanu juga berteman dengan seorang pendekar wanita bernama Sakawuni, putri seorang perwira Singhasari bernama Banyak Kapuk.
Nasib Mei Shin sendiri kurang bagus. Setelah melahirkan putri Arya Dwipangga yang diberi nama Ayu Wandira, ia kembali diserang kelompok Mpu Tong Bajil. Beruntung ia tidak kehilangan nyawa dan mendapatkan pertolongan seorang tabib Cina bernama Wong Yin.
Di lain pihak, Arya Kamandanu ikut serta dalam pemberontakan Sanggrama Wijaya demi merebut kembali takhta tanah Jawa dari tangan Jayakatwang. Pemberontakan ini mendapat dukungan Arya Wiraraja dari Sumenep, yang berhasil memanfaatkan pasukan Kerajaan Yuan yang dikirim Kubilai Khan untuk menyerang Kertanagara. Berkat kepandaian diplomasi Wiraraja, pasukan Mongolia itu menjadi sekutu Sanggrama Wijaya dan berbalik menyerang Jayakatwang.
Setelah Kerajaan Kadiri runtuh, Sanggrama Wijaya berbalik menyerang dan mengusir pasukan Mongolia tersebut. Arya Kamandanu juga ikut serta dalam usaha ini. Setelah pasukan Kerajaan Yuan kembali ke negerinya, Sanggrama Wijaya pun meresmikan berdirinya Kerajaan Majapahit. Ia bergelar Prabu Kertarajasa Jayawardhana.
Kisah Tutur Tinular kembali diwarnai cerita-cerita sejarah, di mana Kamanadanu turut menyaksikan pemberontakan Ranggalawe, Lembu Sora dan Gajah Biru akibat hasutan tokoh licik yang bernama Ramapati. Di samping itu, kisah petualangan tetap menjadi menu utama, antara lain dikisahkan bagaimana Kamandanu menumpas musuh bebuyutannya, yaitu Mpu Tong Bajil, serta menghadapi kakak kandungnya sendiri (Arya Dwipangga) yang muncul kembali dengan kesaktian luar biasa, bergelar Pendekar Syair Berdarah.
Kisah Tutur Tinular berakhir dengan meninggalnya Kertarajasa Jayawardhana, di mana Arya Kamandanu kemudian mengundurkan diri dari Kerajaan Majapahit dengan membawa putranya yang bernama Jambu Nada, hasil perkawinan kedua dengan Sakawuni yang meninggal setelah melahirkan, dalam perjalanan menuju lereng Gunung Arjuna inilah Arya Kamandanu bertemu dengan Gajah Mada yang waktu itu menyelamatkan putranya ketika masih berumur 40 hari yang terjatuh ke jurang karena lepas dari gendongannya akibat terguncang-guncang diatas kuda. Tutur Tinular kemudian berlanjut dengan sandiwara serupa berjudul Mahkota Mayangkara.
SUMBER wikipedia
Langganan:
Postingan (Atom)