02 Desember 2010

Budidaya gula merah (lontar)


Kecamatan giligenting termasuk salah satu daerah yang memiliki potensi alam melimpah, potensi alam itu yakni aneka ragam pohon yang tumbuh subur, salah satu contoh adalah pohon lontar, mangga dan jenis pohon pohon lainnya. Di kebun, disamping bahkan di depan rumah warga pun banyak tumbuh pohon lontar. Bagi masyarakat giligenting pohon lontar sangat berarti sekali karena pohon lontar sudah menjadi ladang usaha untuk menutupi kehidupan sehari hari pohon lontar di ambil niranya yang melalui beberapa tahap penyulingan kemudian di olah menjadi gula mirah. Penulis sangat perihatin sekali dengan berkembangnya dunia moderen saat ini yang mana masyarakat sudah tidak lagi memperhatikan potensi alam ini, salah satu contoh melakukan penebangan penebangan pohon lontar untuk di jadikan peralatan peralatan bangunan, dan yang sangat di kawatirkan adalah punahnya potensi alam ini, yang merupakan sebagai ladang usaha masyarakat giligenting saya berpesan khususnya untuk masyarakat giligenting agar apabila melakukan penebangan satu pohon lontar berarti pula harus melakukan penanaman Lima pohon lontar yaitu untuk menjaga agar pohon lontar tidak punah dari bumi giligenting , (demikian harap penulis.)

Gula merah Giligenting

Gula Lempeng Lontar Mamafaat pohon lontar Bagian atas batang yang lunak yang mengandung banyak pati, dapat dipanen dan dimakan pada saat kekurangan makanan ( paceklik); sedangkan setinggi 10 m dari bagian paling bawah batang merupakan bagian kayu yang keras dan kuat, bagus untuk konstruksi gedung dan jembatan. Bagian yang agak lunak di bagian tengah dapat dibelah menjadi papan.Semai di dalam tanah dan menyerupai umbi kadang-kadang dimanfaatkan sebagai sayuran yang mengandung pati, dimakan setelah dimasak atau dalam bentuk segar. Produk utamanya adalah sari buah yang diambil dari sadapan perbungaannya, yang bisa diminum secara langsung atau diproses menjadi gula atau mengalami fermentasi lebih dulu selama beberapa jam untuk menjadi toddy. Anggur palem ringan ini dengan kandungan 5 —6% alkohol, akhirnya bisa berubah menjadi etanol sulingan (arak) atau cuka. Sedangkan daun maupun bagian lain dari pohon ini dimanfaatkan masyarakat untuk membuat kerajinan yang digunakan untuk keperluan sehari-hari. Daunnya dahulu digunakan untuk menulis surat, tetapi sampai kini masih tetap digunakan sebagai atap lalang dan awet, paling tidak dapat bertahan selama 2 tahun. Selain itu digunakan juga sebagai keranjang basket, sikat dan ember; serabut dari daun mudanya dapat ditenun menjadi anyaman yang bagus. Tangkai daunnya seringkali digunakan sebagai batang pagar atau kayu bakar dan dapat diurai menjadi serabut yang dapat digunakan untuk tenunan dan tikar. Kayu dan daun juga digunakan sebagai bahan bakar. Mesokarp buah muda dapat dimasak sebagai gulai. Buah masak dengan daging buah berwarna kuning juga enak dimakan. Endosperma yang muda dan padat atau berpulut dari biji juga dapat dimakan secara segar atau dicampur dengan sirup. Ketika masih muda daging bijinya masih lembut dan dapat dimakan. Gula yang dihasilkan oleh pohon lontar dipakai untuk pewarna coklat pada makanan. Selain itu gula tersebut dipakai juga untuk nyareni ( memperkuat warna alami). Ketika masih muda daging bijinya masih lembut dan dapat dimakan. Pohon Lontar juga merupakan sumber karbohidrat. Nama lokal pohon lontar Pohon Lontar, tal (Jawa), pohon siwalan ( Banjar), Pohon tuwak (Timor), Lonta ( Minangkabau),Bhungkana karakara (Kangean), Jun tal (Sumbawa), Ental , Rontal (Bali), manggitu, menggitu (Sumba timur), puu kori ( Ende), Tala (Makasar), Tua (Roti), Aalun ( Wetar), Kolir watan (Seram Timur), Seriari ( Yautefa). Pohon lontar mempunyai batang tunggal dan berakar serabut, dapat mencapai tinggi 30 m ini berbatang kasap, agak kehitam-hitaman, dengan penebalan sisa pelepah daun di bagian bawah. Tajuknya rimbun dan membulat, daun- daun tuanya terkulai tetapi tetap melekat di ujung batang. Pelepah pendek, agak jingga, bercelah dipangkal, berijuk. Pelepah dan tangkai daun tepinya berduri hitam tidak teratur. Daun seperti kipas, bundar, kaku, bercangap menjari, hijau keabu-abuan. Perbungaan berumah dua, menerobos celah pelepah, menggantung. Bunga betinanya kadang-kadang bercabang sedang bunga jantan bercabang banyak. Bunga berwama putih susu, berkelompok, tertanam pada tongkolnya. Buah agak bulat, bergaris tengah 7 - 20 cm, ungu tua sampai hitam, pucuknya kekuningan. Buah berisi 3 bakal biji. Daging buah muda warna putih kaca/transparan, daging buah dewasa/tua warna kuning kemudian berubah menjadi serabut.

Ditulis oleh:wahyu
Sumber www.giligenting.com